Senin, 18 Maret 2013

SEPENGGAL KISAH POHON APEL


Kisah ini tentang sebuah pohon dengan seorang anak manusia. Sebuah pohon apel berdiri tegak dengan akar menghunjam kuat ke dalam bumi, sementara dahan-dahannya menjulang, daunnya hijau merimbun sementara buah-buahnya pun ranum menghijau. Alkisah, ada seorang anak manusia yang sering datang ke bawah pohon apel tersebut dari sejak kecil. Di masa kecilnya, dia sering bermain bersama pohon tersebut dan menikmati manisnya buah apel yang kadang jatuh atau terpaksa dia harus memetiknya sendiri, tapi pohon apel tersebut lebih banyak memberi dengan menjatuhkan buahnya, sehingga sang anak tak perlu bersusah payah memetiknya.

Waktu terus berjalan, ketika anak tersebut semakin tumbuh menjadi seorang remaja, dia semakin jarang bermain dan bersenda gurau dengan pohon tersebut. Hanya sesekali saja dia datang, itu pun ketika dia sangat ingin memakan buah apel. Dan suatu ketika, ketika dia datang kepada pohon tersebut, pohon berkata, "Nak, kenapa kamu sudah lama tidak berkunjung untuk bermain bersamaku sekarang? Sering2lah ke sini bermain bersamaku."

Sang anak pun menjawab, "Maaf aku sekarang sudah remaja, tak mau lagi bermain denganmu. Sekarang aku butuh uang untuk membeli baju dan semua keinginanku. Bisakah engkau memberiku sejumlah uang?"

"Maaf aku tidak punya uang, tapi jikau engkau mau, petiklah buahku lalu juallah ke pasar maka kamu akan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhanmu." kata pohon apel.

Lalu anak tersebut memanjat dan memetik seluruh buah yang ada dan menjualnya ke pasar. Sejak saat itu, dia jarang kembali berkunjung ke pohon itu. Sampai beberapa waktu, dia baru dapat berkunjung ke sana ketika dia sudah beranjak dewasa. "Lama sudah kamu tak pernah ke sini, ayo bermain bersamaku lagi?" sapa pohon apel.

"Maafkan aku, tak ada lagi waktuku untuk bermain, aku sekarang sudah dewasa, dan aku sudah berkeluarga, aku perlu rumah untuk berteduh kami sekeluarga. Dapatkah engkau memberi aku sebuah rumah?" kata lelaki itu.

"Kalau sebuah rumah aku tak punya, bukankah engkau tau bahwa aku sendiri tak punya rumah? Tapi kalau engkau mau, potonglah dahan-dahanku lalu dengannya kamu bisa membuat sebuah rumah." pohon mangga menyarankan.

Lelaki itupun memotong seluruh dahan pohon apel dan membangun sebuah rumah dengan dahan-dahan tersebut. Sejak saat itupun sungguh lebih lama lagi dia tidak pernah berkunjung ke pohon apel yang sudah tak berdahan lagi itu. Sampai suatu saat ketika usia senja sudah menjelang, lelaki tua tersebut datang ke pohon apel tersebut.

"Untuk apa lagi engkau datang? Aku sudah tidak punya dahan, aku sudah tidak berbuah lagi?" tanya pohon itu. "Aku ke sini bukan lagi untuk memakan buahmu, karena aku sudah tidak punya gigi lagi. Begitupun aku sudah tidak bisa memanjat pohonmu karena usiaku yang sudah tua. Aku hanya ingin di usia tuaku ini, aku bisa hidup senang dan damai, aku ingin berlayar jauh ke negeri seberang, bisakah engkau memberiku sebuah kapal? pinta lelaki tua itu.

"Kalau sebuah kapal, aku tak punya. Tapi bila engkau mau, engkau bisa menebang pohonku dan menjadikannya sebuah kapal untuk berlayar…" kata pohon itu.

Lelaki itupun menebangnya dan hanya menyisakan akarnya, dan meninggalkannya berlayar ke lautan luas, melepas penat di masa tuanya, sampai beberapa waktu dia tak kunjung kembali. Sampai suatu saat dia datang dengan tubuh yang semakin renta….

"Untuk apa lagi engkau datang kemari, aku sudah tak punya apa-apa lagi?" kata pohon itu. "Aku tak akan meminta apa-apa lagi darimu. Aku sudah lelah, dan aku ingin beristirahat." kata lelaki renta itu.
"Kalau begitu, rebahlah engkau di akarku….." dan lelaki itupun merebahkan dirinya di akar pohon tersebut. Dia beristirahat dengan damai, dan akar pohon itupun tersenyum dengan damai juga…..

Saudaraku… demikianlah. Pohon apel itu laksana orang tua kita yang tanpa pamrih memberikan apapun yang dimilikinya untuk anak-anaknya. Tapi terkadang banyak anak yang tak menyadarinya…. Terus menuntut meski ia sudah beruban juga, terus meminta meski ia sudah berkeluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar